Sebuah tempat pelampiasan imajinasi yang terpendam.

Selasa, 20 Juni 2017

Transfoself



Disaat para manusia dapat melihat status jati diri mereka dalam bentuk poin hologram, sebuah kehidupan baru tengah dimulai. Dunia ini terbagi menjadi dua bagian, terdiri dari Kubu Hitam dan Kubu Putih. Lalu mereka, dengan sesuka hatinya melakukan berbagai macam aksi pembuhan di mana-mana demi melakukan upgrade pada poin jati dirinya dan mendapatkan kekuatan maha dahsyat!

Ketika matamu perlahan terbuka, kau akan berada di dalam sebuah gua tanpa sedikitpun cahaya. Dari sana kau akan merasa cemas, panik, dan takut. Sepintas hatimu ragu untuk bertindak, bahkan daya pikirmu tak bisa menentukan apa yang harus dilakukan. Namun, menurut pepatah mengatakan, selalu ada lubang di dalam gua, selalu ada jalan keluar di dalamnya. Terkecuali jalan keluar tersebut tertutup, oleh ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab. Kini, pada sebuah kota modern, masih saja dihuni oleh makhluk-makhluk barbar yang menyukai kekerasan. Di mana kehidupan bergantung pada perutungan rantai. Bagi pihak yang berada pada rantai tertinggi, ia dapat memangsa siapapun di bawahnya. Mau itu anak kecil, manula, bahkan orang yang sedang sekarat sekalipun.

Sebuah makna kesenjangan sosial, status jabatan, hanyalah sebuah sampul pada buku dogeng anak-anak. Isinya terkesan lebih kelam ketimbang sebuah rumor. Tak perduli mau sebaik apa pandangan tentang pekerjaan itu, jika sang iblis tengah murka, ia akan menampakkan dirinya walau masih mengenakan seragam kehormatannya. Sama halnya dengan beberapa bulan lalu, di mana terdapat seseorang yang menyelewengkan pekerjaannya. Ia seorang perawat, dan tugasnya adalah merawat para pasien sakit. Ia harus memberikan obat dan pelayanan terbaik pada pasien tersebut. Wanita itu terlihat bak bidadari ketika siang, namun saat sang rembulan datang, dan semua orang kembali ke tempat peristirahatannya, sosok iblis tersebut memulai aksinya. Bersama dengan penutup mulut berwarna putih, ia melangkah menuju beberapa kamar pasien sambil membawa sebilah pisau dan gunting operasi. Seperti yang kukatakan sebelumnya, ia tak perduli siapapun targetnya. Selama kepuasan jiwa wanita itu terdapat pada orang yang berada dihadapannya, maka ia tidak segan-segan untuk merobek-robek organ dalam korban tersebut.

Bersama dengan heningnya suasana, sang suster melangkah perlahan pada pasien seorang kakek tua yang sedang tertidur pulas. Ia membalikkan tubuhnya, dan langsung menancapkan sebilah pisau tajam tersebut tepat mengenai mata kanan kakek itu. Disaat sang korban tersadar, ia sudah kehilangan mata kanannya. Hatinya terasa terkoyak mengalami adegan ini. Rasanya ingin berteriak, tetapi apalah daya tak sanggup menahan perihnya benda logam yang tengah menancap ke dalam matanya. Ia harap hanya sekali merasakan hal perih itu, ternyata salah. Sang suster kembali menusukkan pisau dan guntingnya ke tubuh kakek tersebut secara acak. Sehingga meninggalkan berbagai lubang tusukan serta darah segar mengalir dari dalamnya. Oh, seperti inikah hidup? Apa seperti ini caraku mati? Benar-benar memilukan, ucap sang kakek dalam hati.

Itulah pengalaman yang pernah Seon alami, pada kondisinya yang sedang tidak sehat, ia harus beradu dengan dentuman jatung yang menggebu-gebu. Sejak saat itu ia mengalami trauma, dan takut ketika datang mengunjungi rumah sakit, meskipun hanya sekadar mengantar teman atau saudara.

Beberapa bulan setelahnya, ia mengalami hal menarik yang belum pernah ia rasakan. Di mana Seon dapat melihat status tentang jati dirinya. Penampilannya berbentuk seperti sebuah poin. Di sana terpapar berbagai macam perilaku seperti poin kebaikan, poin keburukan, poin kepintaran, poin kebohan, poin amal, poin pahala, dosa, dan sebagainya. Awalnya Seon berpikir kalau pikirannya sedang kacau akibat kecelakaan sepeda motor beberapa hari lalu. Namun, ia merasa yakin bahwa status tersebut muncul bukan dengan tidak disengaja. Setiap kali Seon mengucapkan “Jati Diriku”, maka status tersebut akan muncul dalam berbentuk hologram. Dan semenjak hal itu terjadi, Seon menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak. Kini ia bisa melihat segala hasil dari perbuatannya.

Semakin berjalannya hari, semakin Seon memahami bahwa status ini bukan hanya sekadar status. Di saat poin kebaikannya telah mencapai angka maksimal, ia dapat menukarkannya dengan sesuatu yang spesial. Seperti apa itu? Kau tau, bentuk hadiahnya bukan berupa makanan, mainan, ataupun pernak-pernik. Melainkan sebuah ilmu hitam! Ya, sebuah kekuatan maha dahsyat yang bangkit dari diri manusia semenjak melakukan upgrade dari poin-poin tersebut. Jika kau memfokuskan untuk menaikan poin kebaikkan, maka kau akan mendapat kekuatan penolong. Sebaliknya, saat kau mengupgrade poin kejahatan, maka kau akan mendapat kekuatan hitam. Siapapun sang pengendali, ia dapat memakainya sesuka hati, kapapun itu, di manapun ia berada. Sehingga semenjak kemunculan poin jati diri, berbagai macam aksi kejahatan timbul diberbagai penjuru. Angka krimininalitas melonjak naik. Semuanya terjadi semenjak Seon paham, ternyata bukan hanya dia yang dapat memunculkan status jati diri tersebut.

Sejak saat itulah kota dibagi menjadi dua kubu. Di mana terdapat kubu putih dan kubu hitam. Tugas mereka saling berkaitan, seolah-olah Tuhanlah yang telah merencanakannya. Bagi kubu hitam, ia bertugas membuat kekacauan di mana-mana, bertindak semaunya tanpa memikirkan akibat-akibat dari aksinya itu. Sedangkan bagi kubu putih, mereka bertugas menjadi dinding bagi para kubu hitam. Mereka membekuk, menangkap, serta membunuh kubu hitam. Akhirnya, keadaan kota tempat Seon tinggal berubah menjadi merah, sebuah warna merah darah segar. Hampir disetiap pelosok Seon melihat mayat-mayat manusia tergeletak menjadi bangkai. Bahkan para penegak keadilan seperti polisi pun tak bisa berkata apapun mengenai fenomena ini.

Apa tugas Seon? Di mana ia berada? Kubu hitam, atau mungkun kubu putih? Bagaimana ia bertindak? Seperti apa aksinya? Kita hanya perlu melihat dan mengamati. Meski Seon terkenal anak periang, baik hati, dan murah senyum, kau tidak tahu kalau Seon mempunyai dua kepribadian. Di mana kepribadian yang satunya memiliki jiwa seperti iblis, ah, tidak, bahkan lebih kejam dari iblis.

- Lee Yurani
Jakarta, 9 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lee Yurani

Selamat datang di situs resmi blog pena saya. Pada tempat ini, saya mencurahkan segala hal mengenai kehidupan pribadi maupun karya-karya tulis saya. Dapat dikatakan, tempat ini adalah sebagai pelampiasan dari imajinasi yang terpendam.


Dahulu, aku pernah membuat sebuah blog resmi, hanya saja materi yang dibahas di sana sedikit kurang rapih. Maka dari itu, di sini aku hanya memfokuskan diri untuk memposting karya tulis saja.

Komentar

Hubungi Saya

Nama

Email *

Pesan *