Sebuah tempat pelampiasan imajinasi yang terpendam.

Rabu, 09 Agustus 2017

Perjalanan Monachi


Judul: Perjalanan Monachi
Jenis: Cerpen
Oleh Lee Yurani

Disebuah desa terpencil, hiduplah seorang anak kecil lugu, polos, dan pemalu. Ia hidup bersama kakeknya yang sakit-sakitan, kedua orang tuanya telah tiada semenjak berusia enam tahun. Anak itu tak mempunyai teman, ia tidak mempunyai keberanian untuk keluar sekadar menyapa, tersenyum, maupun bermain dengan orang lain. Karena mereka akan memberikan pandangan aneh, geli, dan menjijikan setiap anak tersebut melewatinya.

Ia mempunyai penyakit kulit yang aneh, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh bintik-bintik merah, dan pada lengannya terkadang muncul nanah kekuningan.

Sesekali ia mempunyai keinginan untuk berteman, tetapi keadaan tak memungkinkan. Setiap pagi anak itu mengumpulkan beberapa kertas warna, lalu meraciknya hingga menjadi bentuk binatang-binatang lucu. Ia menamai burung kertas miliknya dengan nama Monachi, yang artinya kesepian.

Anak itu sangat menyayangi Monachi, setiap waktu di dekat jendela yang ditembus oleh cahaya matahari, mereka tertawa dalam dunianya sendiri. Saling memahami dan menyayangi satu sama lain. Monachi juga turut dijauhi oleh temannya karena perbedaan bentuk sayap yang sedikit aneh, sehingga tidak ada yang mau berteman dengannya.

Beberapa tahun berlalu, Monachi mulai bertambah dewasa, ia meminta izin kepada anak kecil itu untuk pergi, lalu terbang melewati jendela kaca guna mencari teman baru.

Pada pertemuan pertama, Monachi bertemu dengan bunga mawar, ia senang karena mawar tersebut harum, baik, dan tidak mencela sayapnya. Tetapi, mawar tidak bisa menjadi temannya, karena mawar itu tidak bisa berbicara.

Selepasnya Monachi kembali terbang, mencari teman baru, ia bertemu dengan makhluk yang dirasa tepat, yaitu seekor kucing. Tetapi setelah berada dengannya, kucing itu merobek sayapnya semakin menjadi, dan fisik Monachi kembali melemah.

Tak kenal henti, Monachi terbang di bawah rintik hujan yang tumpah ruah membasahi bumi. Hingga suatu ketika, energinya habis, sayapnya tidak bisa lagi mengepak dengan kuat, dan Monachi terjatuh, tersiram genangan air kotor dari kendaraan yang berlalu-lalang, terlupakan, dan dibuang.

Dari rintik hujan tersebut muncul seorang gadis mengenakan payung biru, ia memungut Monachi, dan membaca tulisan pada tubuhnya, Lunari. Ia adalah pemilik dari Monachi, seorang pria yang mau berteman dengan Monachi, salah satu makhluk yang bisa menerima kekurangannya. Betapa bodohnya ia harus pergi dari sahabatnya itu, Monachi sangat menyesal.

Keesokan harinya dikala mentari nampak menyengat, suara ketukan pintu terdengar di depan rumah Lunari. Dengan sigap anak itu membukakkan pintunya. Di sana, ia bertatap wajah dengan seorang anak wanita berusia belia, seumuran dengannya, membawa bingkisan kue beras dan seekor burung kertas pada lengannya.

"Apa burung ini milikmu?" tanya gadis itu.

Lunari terkejut, bukan karena gadis itu menemukan Monachi, tetapi karena ia berani datang ke rumahnya, padahal orang disekitar menjauhi. "Ya, namanya Monachi, dia sahabatku. Bagaimana kau bisa menemukannya?"

Gadis itu terdiam sejenak, menengadah menatap langit-langit rumah seraya memikirkan sesuatu. "Aku menemukannya di jalan, berada di sebelah genangan air hujan. Aku telah memperbaikinya, dan sekarang sayapnya sudah bisa dikepakkan lagi."

Lunari terlihat sangat senang, kebahagiaannya telah bertambah dua kali lipat. Pertama, Monachi berhasil kembali dengan kondisi baik, kedua, Monachi membawakan seorang teman untuk Lunari. "Sepertinya kau sendirian, mau bermain?"

Lunari menerima ajakan teman barunya itu, dan mereka akhirnya saling mengerti satu sama lain, tergabung dalam tawa, kebahagiaan, perlahan merajut kumpulan benang-benang persahabatan, hingga terbentuklah sebuah sweater hati.

- Lee Yurani
- PT Telkom, Jakarta, 9 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lee Yurani

Selamat datang di situs resmi blog pena saya. Pada tempat ini, saya mencurahkan segala hal mengenai kehidupan pribadi maupun karya-karya tulis saya. Dapat dikatakan, tempat ini adalah sebagai pelampiasan dari imajinasi yang terpendam.


Dahulu, aku pernah membuat sebuah blog resmi, hanya saja materi yang dibahas di sana sedikit kurang rapih. Maka dari itu, di sini aku hanya memfokuskan diri untuk memposting karya tulis saja.

Komentar

Hubungi Saya

Nama

Email *

Pesan *