Selasa, 04 Juli 2017
Teman Tak Kasat Mata
Judul: Teman Tak Kasat Mata
Genre: Horror, Thriller
Penulis: Lee Yurani
Ketika semua orang menatap sebuah masa depan,
membayangkan seperti apa mereka nanti. Menanti akan mendapatkan sebuah
keberuntungan dan pekerjaan yang layak.
Semua orang memikirkan tentang hal yang akan dialaminya, namun
berbeda hal dengan Jen. Ia tidak pernah memperdulikan masa depannya. Jen tidak
pernah memikirkan siapa yang akan menikahinya suatu saat nanti. Setiap hari
yang dilaluinya hanya merenung di ujung kamar, menatap semut-semut kecil yang
bergerombol membentuk barisan. Memerhatikan mereka satu-persatu seraya Jen
dapat berkomunikasi dengan mereka.
Jen seorang wanita dengan kepribadian yang
sedikit terbilang, aneh. Ia senang menyendiri, sangat tidak menyukai suasana
ramai, di mana terdapat beberapa orang saling bercanda gurau membicarakan
sesuatu yang menyenangkan. Karena baginya melakukan hal itu hanyalah
membuang-buang waktu. Jen lebih baik memikirkan sesuatu yang sedikit
menyimpang. Seperti mencoba berbicara dengan hewan melata, meskipun ia tidak
mendapatkan apapun dari perbuatannya, kemudian melakukan komunikasi dengan
makhluk gaib untuk bercakap-cakap dengannya.
Sedari awal Jen memasuki sekolah menengah
atas, ia sudah langsung dikucilkan temannya. Beberapa pihak melihat kalau Jen
suka berbicara dan berinteraksi sendiri. Seolah-olah ia sedang berbicara dan
bercanda oleh orang lain, padahal di sana mereka tidak melihat apapun selain
Jen seorang.
Semua itu berawal dari kejadian beberapa tahun
silam, ketika Jen berada di jalan setapak pinggir kota. Dengan hati riang, Jen
pulang dari rumah temannya selepas mengerjakan tugas kelompok. Suasana hatinya
langsung berubah saat ia berjumpa dengan kumpulan pecundang dengan postur tubuh
kurus kerontang seperti mayat tanpa daging. Mereka bergerombol, mencegat Jen
seorang diri. Di sana para pecundang itu menatap Jen dengan pandangan penuh
hawa nafsu. Mereka terlihat buas, seperti binatang liar yang menemukan
mangsanya.
Dalam keadaan seperti ini, tak ada yang bisa
Jen lakukan selain diam membeku dengan penuh ketakutan. Ia tidak tahu harus
berbuat apa. Berteriak pun tak ada gunanya, berhubung tempat itu sangat sepi,
nyaris tak ada orang lain melewatinya. Hatinya gentar, jika Jen melawan, sama
saja bunuh diri. Hal itu berarti menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam
perangkap yang telah mereka pasang, lalu Jen menjadi seekor mangsa empuk untuk
pesta para binatang buas.
Di tengah sunyinya suasana, hanya diselingi
oleh auman panggilan para manusia pecundang untuk memulai aksinya. Jen
mendengar sebuah bisikkan-bisikkan menyeramkan ditelinganya. Ia tidak tahu
siapa yang berkata padanya. Melihat para pecundang itu tidak merespon apapun
tentang apa yang didengarnya, berarti mereka tidak mendengar apa yang Jen
dengar. Berbagai pikiran muncul, mungkin suara ini hanyalah halusinasi Jen
disaat keadaan terdesak seperti ini. Atau mungkin memang ada sosok lain yang
berada di sampingnya untuk melaksanakan tujuannya.
Seketika bisikkan itu kian membesar, semakin
terdengar kedalam telinganya. “Wahai makhluk fana, tidakkah kau bosan
diperlakukan seperti ini? Memandang sekujur tubuhmu dengan tatapan hina. Apa
kau rela mereka menikmati sesuatu yang berharga itu dengan gratis?”
Jen melirik ke sana-ke mari, mencari sumber
suara itu. Tapi ia tak menemukan apapun selain berandalan yang berada di depannya.
“Siapa kau? Kenapa kau berkata seperti itu?”
Para berandalan menganggap Jen aneh, ia
melihat wanita itu berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara. Niat buruk mereka
seolah terhenti karena tingkah laku Jen saat ini. Mereka saling bertatapan,
bertanya kepada rekannya, kenapa wanita itu berbicara sendiri?
“Jika kau mau, aku bisa menolongmu
menyingkirkan sampah-sampah seperti mereka.” suara itu terdengar mengelilingi
telinga kanan dan kiri Jen.
“Kau, apa kau hantu?”
Sebentuk tawa kecil terdengar ditelinganya.
Begitu lembut, namun menyeramkan. Suaranya bagai iblis yang diutus dari neraka
untuk membantu Jen melawan semua yang menjadi gangguannya.
“Aku adalah sosok roh hitam dengan kekuatan
yang luar biasa. Aku turut kasihan melihat kehidupanmu sehari-hari. Selalu saja
dipandang hina oleh orang-orang seperti mereka.” Jen menatap para pecundang
itu, mereka terlihat kebingungan menatap Jen kali ini. “Jika kau bersedia, aku
akan menjadi rekanmu. Dan membantu setiap kesulitan dalam hidupmu.”
“Dengan begini berarti aku bersekutu dengan
hantu, benarkan?”
“Setidaknya jika kau bisa mendapatkan apa yang
kau inginkan, mengapa kau harus menolaknya?”
Jen menimbang kembali tawaran ini. Apa ia
harus menerimanya atau tidak. Jika Jen bergabung dengan roh hitam ini, ia telah
membuat sebuah perjanjian dengan hantu. Sebuah kerja sama antara dua dunia dan
terbilang sedikit illegal. Namun jika Jen menolak, nasibnya akan buruk. Mungkin
mereka para pecundang akan menikmati tubuh indahnya Jen secara gratis. Ia tidak
mau jika tubuhnya dinodai oleh tangan-tangan kotor mereka. Akhirnya, dengan
sedikit berat hati Jen mengangguk, ia menyetujui tawaran untuk bekerja sama dengan
roh jahat itu.
Jen melihat segumpalan asap hitam berada di sebelahnya.
Saling berkumpul membentuk sebuah bentuk yang utuh. Betapa terkejutnya Jen saat
kepulan asap itu berubah menjadi sosok makhluk pria bertubuh tinggi. Wajahnya
sangat bersih, tidak memperlihatkan bekas luka-luka kematiannya. Dari
keseluruhannyapun, tidak terlihat kalau dia seorang hantu. Meskipun memiliki
rupa seperti manusia umumnya, ia memiliki hati yang kejam. Ia tidak akan tega
menyiksa seseorang yang dibencinya. Meskipun seorang manula yang menjadi
musuhnya.
Jen melihat kearah para pecundang, tidak ada
dari mereka yang melihat sosok itu selain Jen seorang. Ia terkesima, apa ia
baru saja mendapatkan indera keenam? Ia bisa melihat hantu yang berada di hadapannya,
sedangkan mereka tidak. Bagi Jen hal ini terbilang sebuah keajaiban, namun
dapat menjadi sebuah musibah ketika ia selalu melihat sosok-sosok hantu dengan
rupa yang menyeramkan setiap hari.
Roh itu merasuki tubuh Jen. Sang wanita
sedikit tersentak karena masuknya roh itu secara tiba-tiba kedalam tubuhnya.
Kedua bola mata Jen berubah menjadi hitam polos, tidak memperlihatkan pupil
matanya. Sorot matanya pun terlihat sangat dingin. Dengan sekilas, para
pecundang itu dibuat sedikit merinding karena kepribadian Jen yang secara
tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan.
Di sanalah awal permulaannya, Jen membantai
semua para pecundang itu satu persatu. Tak menyisakkan satupun yang selamat.
Semuanya tewas ditempat bersimbah darah pada bagian kepala dan perut. Jen
benar-benar terlihat brutal semenjak saat itu. Hati lugunya seolah lenyap
terbakar bersama api roh jahat yang menyelimutinya. Kini Jen telah berubah
menjadi sosok baru, mengubah kepribadiannya menjadi seorang wanita dingin dan
anti sosial. Jen tidak perduli orang menganggapnya aneh karena ia sering
berbicara sendiri, dan itu bisa dimakluminya. Mereka tidak melihat Lignear di sampingnya.
Sosok roh jahat yang menjadi sahabatnya kini. Sosok itu selalu menemani Jen
kemanapun ia pergi. Selalu siaga setiap ada kejahatan yang ingin menyerang.
Ibunya seolah telah lepas tangan pada anaknya.
Ia pernah memanggil beberapa tabib untuk mengobatinya, tapi dari kesekian puluh
tabib yang pernah ia undang, tak ada satupun dari mereka yang behasil
menyingkirkan Lignear. Justru para tabib itu tewas di tempat karena serangan
tiba-tiba yang dilancarkan Lignear. Memang terbilang tragis, sebab Jen telah
bersatu besama Lignear. Dan mereka juga tidak bisa dipisahkan. Jika ada yang
berani mencoba melepas tali persahabatannya, mereka akan bernasib sama dengan
tabib-tabib malang yang tewas dalam keadan naas, bersimbah darah, bersama
dengan belasan luka tusukkan disekujur tubuhnya.
About Unknown
Aku adalah seorang manusia pecinta dunia fiksi fantasi. Memulai hobi menulis semenjak duduk dibangku kelas 1 SMK karena teracuni oleh sebuah novel dengan judul Brutal. Keinginanku hanyalah satu, aku ingin apa yang aku tulis dibaca oleh banyak orang.
Story
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar